Begini Strategi Investasi Dana Pensiun Saat Pandemi Covid-19

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) mengatakan dalam situasi
yang tidak pasti seperti saat ini, dana pensiun lebih memilih strategi moderat dengan mempertahankan portofolio yang sudah ada. Aktifitas transaksi di pasar modal yang dilakukan dana pensiun tidak
terlalu agresif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Ketua APDI Suheri mengatakan koreksi nilai portofolio yang terjadi
pekan lalu, tak sedalam
koreksi yang terjadi pada masa awal pandemi Covid-19 melanda Idnonesia. Asosiasi
optimistis menunggu momentum yang lebih baik untuk masuk ke pasar modal
dan memilih portofolio yang
menarik.
"Saya kira sebagian besar dapen sudah antisipasi dalam kondisi
seperti ini menahan portofolio saham atau reksadana, sampai situasi kondusif kembali," kata Suheri kepada CNBC Indonesia, Senin
(14/9/2020).
Dia menekankan, posisi investasi dana pensiun berorientasi jangka panjang, ketika terjadi volatilitas dalam waktu singkat tidak serta merta membuat dapen merubah alokasi
investasinya secara
drastis.
Sebelumnya, Suheri menyebutkan bahwa penempatan dana investasi dana pensiun di saham dan reksa dana umumnya dilakukan untuk jangka panjang. Sehingga jika investasi
yang rugi tersebut tak direalisasikan ketika posisi turun maka tak akan ada kerugian yang ditanggung
perusahaan
Selain itu, pemilihan saham-saham juga menjadi perhatian. Sejauh ini, saham-saham yang
likuid dan
baik fundamentalnya
sudah
menjadi 'pakem' di industri ini.
Sementar itu kalangan manajer manajer
investasi juga
optimistis situasi
pasar keuangan domestik akan membaik. Direktur
Utama PT Samuel Asset Management (SAM) Agus Basuki Yanwar mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia
di tahun depan akan lebih baik, kendati tahun ini diperkirakan akan tumbuh negatif atau cenderung flat saja.
"Secara
umum, meskipun tahun ini GDP kita berpotensi negatif atau flat, investor sudah melihat bahwa tahun 2021 ada perbaikan di GDP dan EPS growth, sehingga IHSG sampai
dengan akhir tahun ini masih ada potensi menguat ke 5.400 - 5.600,"
kata Agus kepada CNBC
Indonesia, Senin (14/9/2020).
Untuk itu, strategi investasi MI dengan ekspektasi perbaikan ekonomi tahun depan lebih memilih saham-saham yang berpotensi
mendapatkan keuntungan dengan kondisi
tersebut (proxy to recovery).
Selain itu, emiten dengan neraca keuangan yang kuat juga menjadi pilihan untuk penempatan aset saat ini.
"Sektor pilihannya adalah perbankan, telekomunikasi, healthcare,
retail, consumers, logistics," kata dia.